Program ini diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Saya sendiri terlibat sebagai pendamping untuk peserta program jurusan Rekayasa Perangkat Lunak dan Instruktur untuk Jurusan Multimedia. Program ini sudah dimulai sejak akhir tahun 2016 melalui pembekalan peserta dan pendamping.
Latar belakang Program ini berdasarkan pada Inpres Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tujuan pelaksanaan program ini antara lain menyelesaikan beberapa masalah, antara lain adalah:
- Universitas di Indonesia berjumlah tidak berimbang dengan sekolah vokasi di Indonesia.
- Regulasi peraturan PNBP dan Teaching Factory yang menghambat pertumbuhan SMK
- Pemerintah juga mencanangkan Zero Growth (0 %) penerimaan pegawai
- Meningkatkan jumlah dan kompetensi bagi Guru melalui Sertfikasi Ganda
- Meningkatkan jumlah dan kompetesni bagi Pendidik dan Tenaga Pendidikan SMK
Dengan data yang sudah dipaparkan diawal oleh narasumber terkait kekurangan jumlah guru produktif sebenarnya sudah banyak pertanyaan di benak, dari mulai urgensi, efektifitas maupun efisiensi program ini seperti apa nantinya.
Berdasarkan penyampaian dari Kepala Pusat Belajar, pihak penyelenggara dalam hal ini adalah Kemendikbud mengakui banyak sekali kukurangan selama pelaksanaan program di Angkatan pertama, mulai dari segi administrasi maupun teknis Kegiatan yang dilaksanakan selama lebih kurang 1 tahun.
Peserta akan mengikuti proses pembelajaran menggunakan metode On-In-On-In, diakhiri dengan Ujian Kompetensi dan PLPG.
Jika diceritakan kronologi peserta, pendamping, instruktur hingga Pusat Belajar banyak sekali yang diluar prediksi pemerintah. Tentunya karena kurang sosialisasi dan pelaksanaan program yang cenderung Get in Lost.
Akhir dari program ini adalah PLPG yang merupakan dasar Sertifikasi Guru dan pastinya akan berdampak pada tambahan penghasilan untuk guru. Saya tidak mampu sampai ke tahap ini dikarenakan terkendala ketiadaan NUPTK dan SK Kepaka daerah.
Normalnya peserta program ini adalah guru Normatif dan Adaptif seperti Fisika, Bahasa Inggris, Kimia, dll yang diminta untuk mengambil satu Program Keahlian contohnya adalah Multimedia. Selama setahun mereka belajar dengan metode diatas untuk kemudian diuji dan disertifikasi kemampuannya.
Tidak sedikit peserta yang mengeluh dikarenakan beratnya pelajaran dan mereka dipaksa harus mampu dan memiliki kompetensi secara profesional maupun pedagogik dengan proses pembelajaran mandiri pada On 1 dan On 2 dan didampingi Instruktur pada saat In 1 dan In 2
Pertanyaan besar di benak ini adalah selama mengikuti program, apakah program ini akan efektif, bagaimana kualitasnya nanti, walaupun secara teknis tidak sedikit guru yang mampu untuk mengikuti proses pembelajaran, namun tidak sedikit pula guru yang terkesan hanya sekedar mengikuti program pemerintah untuk mengambil sertifikasi guru pada akhirnya.
Lebih dari pada itu ada guru senior yang sudah mengabdi bertahun-tahun lamanya dengan kompetensi yang mumpuni tidak dilirik, karena terkendala status kuning bukan merah.
Well… Show must Go On…
Ibarat telur sudah menetas walaupun prematur semua harus tetap menjalani dengan sebaik-baiknya bukan.
Keep Fighting !!!
0 comments: