Hari ini mau cerita tentang pengalaman pribadi sendiri terkait pernikahan. Ana masih berstatus single saat ini dan sudah menginjak kepala 3. Bohong rasanya jika tidak terbersit kegalauan masalah jodoh, tapi ada beberapa hal yang mungkin menjadi catatan selama masa kontemplasi yang sudah lebih dari 2 bulan sejak menginjak umur dengan kepala 3.
Ana sudah ditinggal Bapak sejak usia 12 tahun, figur laki-laki di rumah hampir tidak ada karena semua saudara adalah 5 perempuan ditambah ibu jadi kita berenam dirumah. Ana gak pernah berhubungan dengan seorang pria istilah "pacaran" dalam kamus ana gak ada. Semua pekerjaan laki-laki jika dirumah kita yang kerjain, mulai dari angkat air, benerin listrik, benerin apalah yang cenderung dikerjakan oleh laki-laki.
Didikan ibu ana juga yang tidak mau bergantung dengan orang lain jadi karakter ana, ibu pernah bilang "Jika masih bisa sendiri kenapa harus minta bantu orang lain". Jadilah kita semua memiliki karakter wanita mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Kesuksesan ataupun kegagalan yang kita alami ya share sesama kita aja, saudara perempuan atau sahabat perempuan. Jarang sekali melibatkan laki-laki.
Tentunya ada positif dan negatif dengan semua yang terjadi di hidup ana dan keluarga. Ana juga sempat merasa tidak normal dengan kondisi sekarang, apa ada yang salah dengan semua ini. Seperti yang ana bilang sebelumnya kalau sempat terpuruk selama beberapa bulan, berfikir harus seperti apa, rasanya hidup kok stagnant saja.
Sudah berdoa tapi masih juga belum dijawab Allah, salahnya dimana???
Pertanyaan itu menjadi pertentangan di hati ana, sampai di satu titik ana menyimpulkan bahwa benar lah fiman Allah; “…Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” (QS Al-Baqarah: 216). Atau "Allah tidak memberikan yang kita inginkan dan harapkan tapi apa yang kita butuhkan".
Dengan kondisi mental dan karakter ana sekarang yang membuat ana berfikir kalau Allah belum memberikan jodoh seperti yang ana mau karena dalam hati kecil ana bilang bahwa ana belum membutuhkan sosok pria di kehidupan ini. Sebuah resiko yang tercipta dari kebiasaan yang selama ini sudah berlangsung.
Ana tidak menyalahkan Allah karena satu perkara jodoh, ya ini ujian yang harus hadapi hingga nanti ana siap untuk menikah dalam artian yang sesungguhnya. Ana ingin menikah bukan karena desakan orang-orang yang bilang umur sudah cukup untuk menikah, bukan karena semua teman-teman ana sudah menikah, memiliki anak dan memiliki keluarga kecil yang selalu ana idamkan.
Tapi hidup memang tidak selalu mulus sesuai keinginan manusia, Ana sudah sangat bersyukur dengan semua nikmat yang Allah kasih selama hidup.
Apa yang ana lakukan sekarang??
Ana membenahi diri, memperbaiki mindset, terus berikhtiar dan berdoa, mencoba tetap ikhlas dengan semua ketetapan yang akan Allah kasih karena semua adalah yang terbaik untuk hidup ana.
Rasanya urusan jodoh, maut dan rezeki adalah hak preogratif Allah untuk menentukan, walaupun sebagai manusia harus berusaha yang terbaik tetapi ketetapan akhir adalah dari Allah.
Untuk sahabat-sahabat yang sekarang dalam posisi menanti "bersabarlah". Terkadang memang kita sering down apalagi wanita punya siklus bulanan yang membuat mood menjadi tidak stabil, kelebihan sekaligus kekurangan yang Allah kasih ke kita sebagai wanita.
0 comments: