Thursday, September 17, 2020

KB 3.4 BLENDED LEARNING



Secara ketatabahasaan istilah blended learning terdiri dari dua kata yaitu, blended dan learning. Blended atau berasal dari kata blend yang berarti “campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik” (Collins Dictionary), atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan (Oxford English Dictionary), sedangkan learning berasal dari learn yang artinya “belajar”. Sehingga secara sepintas istilah blended learning dapat diartikan sebagai campuran atau kombinasi dari pola pembelajaran satu dengan yang lainnya.


Ada tiga alasan utama mengapa guru memilih untuk menggunakan model pembelajaran blended learning, diantaranya yaitu:
  1. Meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Pembelajaran ‘blended learning’ dapat memungkinkan untuk diaplikasikannya berbagai macam strategi pembelajaran yang tidak dapat diterapkan dalam pembelajaran konvensional.
  2. Meningkatkan akses dan fleksibilitas dalam pembelajaran.
  3. Meningkatkan efisiensi dalam pembelajaran.

pembelajaran ‘blended learning’ juga dapat membantu guru dalam menghadapi permasalahan dalam pembelajaran, diantaranya yaitu: 
  1. partisipasi, diskusi secara online dapat menjadi alternative bagi guru untuk dapat memberikan kesempatan yang sama pada seluruh peserta didik untuk berbicara dalam forum diskusi.
  2. kecepatan belajar, ini, pembelajaran model ‘blended learning’ dapat memfasilitasi siswa dalam mengatur kecepatan penguasaan, pengulangan, serta pengayaan dari bab materi yang dapat dipelajari secara mandiri.
  3. individualisasi, Pembelajaran secara online dapat membantu guru dalam memfasilitasi peserta didik untuk mengarahkan pembelajaran sesuai dengan minat, kemampuan, dan tujuan masing-masing
  4. tempat, Melalui pembelajaran online, peserta didik dapat belajar kapanpun dan dimanapun. Baik sebelum jam sekolah, saat jam belajar, setelah jam sekolah, saat berada di rumah, dll.
  5. interaksi pribadi, Pembelajaran model blended learning juga memungkinkan guru untuk dapat lebih banyak berinteraksi dan membantu peserta didik secara individual
  6. persiapan, Persiapan. Dalam pembelajaran ‘blended learning’ peserta didik dapat mengakses bahan ajar secara online sehingga peserta didik dapat lebih siap sebelum mengikuti pembelajaran tatap muka, serta peserta didik juga dapat mengulang lagi materi yang dipelajari setelah kelas selesai
  7. umpan balik. sistem online dalam pembelajaran blended learning, guru dapat memberikan umpan balik atas hasil pekerjaan seluruh siswa melalui sistem aktivitas penilaian yang interaktif

Karakteristik pembelajaran ‘Blended Learning’
  • Model blended learning menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pendidikan, gaya pembelajaran, dan menggunakan berbagai media berbasis teknologi.
  • Model pembelajaran blended learning merupakan kombinasi dari pola pembelajaran langsung (tatap muka), belajar mandiri, dan pembelajaran menggunakan sistem online.
  • Guru dan orangtua memiliki peran yang sama penting, dimana guru berperan sebagai fasilitator dan orangtua berperan sebagai pendukung.


Model-model pembelajaran ‘Blended Learning’

Masing-masing model pembelajaran blended learning di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Model Rotasi (Rotation Model)
Pada model kelas ini peserta didik akan diatur untuk bergantian menempati pos-pos kegiatan pembelajaran yang telah disediakan. Misalnya akan ada pos untuk kegiatan diskusi, mengerjakan proyek, tutorial secara individual, dan mengerjakan tugas atau latihan.
Berikut beberapa model kelas yang termasuk pada kategori model rotasi (rotation model):
(a). Model Kelas Station Rotation
Sesuai dengan namanya, dalam model pembelajaran ini terdapat beberapa tempat atau perhentian (station) dimana peserta didik dapat menempatinya secara bergiliran sesuai dengan kesepakatan atau arahan dari guru. Pada salah satu perhentian (station), peserta didik dan guru dapat saling berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui oleh peserta didik. Model pembelajaran ini sering digunakan dalam pembelajaran di sekolah dasar. 
Contoh : Akademi KIPP LA memfasilitasi ruangan kelas di suatu Taman Kanak-kanak dengan 15 buah komputer. Pada suatu kegiatan pembelajaran, guru mengatur peserta didik dalam beberapa jenis kegiatan diantaranya yaitu: pembelajaran online, diskusi kelompok kecil, dan kegiatan latihan/tugas secara individual. Gambar berikut mengilustrasikan kegiatan pembelajaran menggunakan model kelas station rotation dalam TK.

(b). Model Kelas Lab/Whole Group Rotation
pada model kelas lab/whole group rotation, peserta didik akan diatur untuk berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain. Salah satu ruangan digunakan untuk sesi pembelajaran secara online sedangkan ruangan yang lain digunakan untuk kegiatan yang lainnya. 
Contoh: Pada suatu pembelajaran, peserta didik berpindah dari ruangan kelasnya menuju laboratorium komputer selama dua jam setiap hari untuk mengikuti pembelajaran matematika dan membaca secara online.

(c). Model Kelas Flipped (Flipped Clasroom)
Model pembelajaran flipped classroom membalik siklus yang biasanya terjadi. Sebelum peserta didik memulai kelas, mereka akan mendapatkan pengajaran secara langsung melalui video secara online. Sehingga ketika kelas dimulai, peserta didik dapat mulai mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya serta dapat meminta bantuan melalui kegiatan diskusi dikelas.

Contoh: Siswa kelas 4 – 6 mempelajari materi matematika melalui video pembelajaran dan menjawab soal-soal yang berkaitan dengan materi tersebut di Moodle. Kegiatan ini dapat dilakukan dimanapun setelah jam sekolah selesai. Kemudian, para siswa tersebut membahas dan mendiskusikan apa yang mereka telah pelajari baik dalam video pembelajaran maupun dalam moodle bersama dengan guru pada saat jam sekolah.

(d). Model Rotasi Individu (Individual Rotation
Pada model ini, siswa mendapatkan jadwal yang telah disesuaikan dengan masing-masing individual untuk dapat belajar secara mandiri. Jadwal ini dapat diatur baik oleh guru maupun diatur secara online. Model rotasi individu berbeda dengan model rotasi yang lainnya karena peserta didik tidak berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Contoh: SMA Carpe Diem menugaskan peserta didik untuk belajar sesuai dengan jadwal yang diatur. Masing-masing peserta didik belajar secara online di pusat pembelajaran maupun dalam pembelajaran secara tatap muka. Masing-masing sesi berlangsung selama 35 menit.

2). Model Kelas Flex
Pada model kelas flex, sebagian besar pembelajaran dilakukan secara online sehingga pembelajaran bersifat sangat fleksibel. Pada model kelas ini, guru dapat berperan sebagai fasilitator melalui sesi diskusi, pengerjaan proyek dalam kelompok, maupun tutoring secara individu. Kunci dari model kelas flex adalah guru dapat memfasilitasi pembelajaran yang sangat fleksibel bagi peserta didik namun tetap ada interaksi yang bermakna antar peserta didik dan guru selama kegiatan pembelajaran

Contoh: Salah satu akademi di San Fransisco menerapkan model pembelajaran flex, dimana guru yang mengajar pada sesi pembelajaran tatap muka merancang strategi pembelajaran dan intervensi untuk sesi tersebut berdasarkan data yang didapatkan dari kegiatan pembelajaran online yang telah dilakukan sebelumnya.

3). Model Self-Blend
Pada model ini, peserta didik dapat mengambil satu atau lebih kegiatan pembelajaran online sebagai tambahan dari kegiatan pembelajaran tatap muka yang telah dilakukan.
Contoh: Sekolah Quakertown Community di Pennsylvania menawarkan pembelajaran online untuk peserta didik kelas 6-12. Pembelajaran online ini dirancang untuk dapat diakses baik di lingkungan sekolah (cyber lounge) maupun di tempat lainnya. Guru yang memfasilitasi pembelajaran online adalah guru yang juga mengajar pada sesi pembelajaran tatap muka.

4). Model Enriched-Virtual
Pada model kelas ini program pembelajaran dibagi menjadi dua sesi, yaitu pembelajaran tatap muka dan pembelajaran secara online. Pada awalnya model kelas enriched-virtual sepenuhnya adalah model kelas online. Namun pada perkembangannya ditambahkan model blended learning untuk memfasilitasi peserta didik melalui pembelajaran tatap muka.

Model enriched-virtual berbeda dengan model flipped karena pembelajaran tatap muka dalam model enriched-virtual tidak dilakukan setiap hari. Model kelas ini juga berbeda dengan model Self-Blend karena pembelajaran yang ditawarkan adalah kegiatan pembelajaran secara utuh, bukan berupa materi secara khusus.

Contoh: Pertemuan pertama progam pembelajaran di dalam suatu eCADEMY dilakukan secara tatap muka. Kemudian, untuk pertemuan selanjutnya peserta didik dipersilahkan untuk dapat belajar secara online saja selama peserta didik dapat menyelesaikan program tersebut dengan nilai minimal yang telah ditentukan.

5). Memilih model kelas yang sesuai
Guru dapat memilih dan menggabungkan beberapa model kelas dan disesuaikan dengan kebutuhan guru dan peserta didik. Misalnya, jika ingin memfokuskan suatu pembelajaran pada sesi pembelajaran tatap muka, maka dapat digunakan model kelas flipped. Jika guru ingin membentuk beberapa kelompok kecil dalam pembelajaran sehingga dapat memaksimalkan interaksi dengan peserta didiknya maka dapat mengambil model kelas station rotation atau lab rotation. Sebaliknya, jika guru ingin fokus untuk membelajarkan peserta didik secara online, maka dapat menggunakan model kelas flex.


Merancang model pembelajaran ‘Blended Learning’
Beberapa kemampuan yang perlu dikuasai dalam proses mengintegrasikan kedua pembelajaran ini diantaranya yaitu: kemampuan dalam memanfaatkan data karakteristik peserta didik, teknik mengajar dan teknik memfasilitasi pembelajaran secara individual dan kelompok, kemampuan mengembangkan interaksi secara online, serta dapat mengaplikasikan kombinasi ketiga kemampuan tersebut kedalam praktek pembelajaran model blended learning.

1). Mengintegrasikan pembelajaran online dengan pembelajaran tatap muka
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran yang menggunakan model blended learning adalah adanya interaksi antara peserta didik dengan konten (materi) pembelajaran, peserta didik dengan guru, serta interaksi antara peserta didik dengan peserta didik lainnya.

Model blended learning memungkinkan semua jenis interaksi ini dapat diakomodasi dalam satu kegiatan pembelajaran.

Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh guru dalam pembelajaran yang menggunakan model blended learning adalah tidak adanya keterkaitan antara kegiatan pembelajaran pada sesi online dan sesi tatap muka. Berikut contoh lain bagaimana cara mengintegrasikan antara kegiatan belajar online dan tatap muka:
  • Guru dapat menginfomasikan topik untuk kegiatan diskusi kepada peserta didik dalam sesi pembelajaran tatap muka, kemudian melanjutkan kegiatan diskusi tersebut pada saat sesi online. Penarikan kesimpulan kegiatan diskusi kembali dilakukan pada saat pembelajaran tatap muka
  • Pada saat peserta didik belajar menggunakan software aplikasi pembelajaran, guru dapat memantau miskonsepsi yang terjadi. Sehingga pada saat sesi pembelajaran tatap muka, guru dapat mengadakan sesi diskusi berdasarkan data miskonsepsi yang dialami oleh peserta didik

2). Menyusun Aktifitas Pembelajaran dengan model Blended Learning
Ada tiga komponen penting yang harus diperhatikan dalam merancang dan mengembangkan aktifitas pembelajaran dengan model blended learning, diantaranya yaitu:
  1. Standar Capaian dan Tujuan Pembelajaran, Standar capaian pembelajaran ditentukan oleh kurikulum nasional dan menggambarkan secara umum hasil yang harus dicapai oleh peserta didik setelah pembelajaran. Tujuan belajar biasanya diawali dengan frase “Pada akhir pembelajaran, peserta didik mampu …”. Tujuan pembelajaran digunakan sebagai acuan untuk menentukan konten, aktifitas, dan proses penilaian dalam suatu pembelajaran
  2. Penilaian, Untuk dapat mengukur tingkat pemahaman materi dan kemampuan peserta didik serta menentukan apakah peserta didik telah mampu mencapai standar capaian dan tujuan pembelajaran, maka diperlukan suatu prosedur penilaian. Prosedur penilaian yang dipakai dapat berupa penilaian secara tertulis (tes, kuis, dan esai), penilaian kinerja (pembuatan proyek dan presentasi), penilaian formatif, serta penilaian sumatif.
  3. Kegiatan Pembelajaran, Selama kegiatan pembelajaran juga dapat dilakukan penilaian terhadap proses, keaktifan, dan partisipasi peserta didik selama kegiatan pembelajaran

3). Evaluasi Pembelajaran Model Blended Learning
Selama kegiatan belajar berlangsung, alangkah baiknya jika guru membuat catatan mengenai hal-hal penting yang terjadi dan perlu diperbaiki untuk kegiatan selanjutnya. Guru dapat menggunakan contoh pertanyaan-pertanyaan dibawah ini sebagai acuan untuk refleksi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
(a). Kegiatan mana saja yang berhasil berjalan dengan baik?
(b). Dan kegiatan mana saja yang tidak berhasil berjalan dengan baik?
(c). Apakah data penilaian telah digunakan sebagai acuan untuk merencanakan kegiatan belajar yang selanjutnya?
(d). Apakah guru perlu meningkatkan atau justru mengurangi intensitas interaksi dalam hal memfasilitasi peserta didik secara individual?
(e). Apakah interaksi ketika sesi pembelajaran online berjalan seperti yang telah direncanakan?

4). Program Aplikasi atau Platform untuk Pembelajaran Model Blended Learning
Berikut beberapa aplikasi yang dapat digunakan untuk pembelajaran yang menggunakan model blended learning:
  • Web 2.0
  • Edmodo
  • Google Group
Previous Post
Next Post

0 comments: