Saturday, December 19, 2020

Pedagogi : Ragam Karakteristik Peserta Didik



Karakteristik peserta didik meliputi: etnik, kultural, status sosial, minat, perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan
moral dan spiritual, dan perkembangan motorik


Etnik

Negara Indonesia merupakan negara yang luas wilayahnya dan kaya akan etniknya. Namun berkat perkembangan alat transpotasi yang semakin modern, maka seolah tidak ada batas antar daerah/suku dan juga tidak ada kesulitan menuju daerah lain untuk bersekolah, sehingga dalam sekolah dan kelas tertentu terdapat multi etnik/suku bangsa, seperti dalam satu kelas kadang terdiri dari peserta didik etnik Jawa, Sunda, Madura, Minang, dan Bali, maupun etnik lainnya. Implikasi dari etnik ini, pendidik dalam melakukan proses pembelajaran perlu memperhatikan jenis etnik apa saja yang terdapat dalam kelasnya. 

Seorang pendidik yang menghadapi peserta didik hanya satu etnik di kelasnya, tentunya tidak sesulit yang multi etnik


Kultural

peserta didik kita sebagai anggota suatu masyarakat memiliki budaya tertentu dan sudah barang tentu menjadi pendukung budaya tersebut. Budaya yang ada di masyarakat kita sangatlah beragam, seperti kesenian, kepercayaan, norma, kebiasaan, dan adat istiadat. Peserta didik yang kita hadapi mungkin berasal dari berbagai daerah yang tentunya memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga kelas yang kita hadapi kelas yang multikultural.

pendidik dalam melakukan proses pembelajaran harus mampu mensikapi keberagaman budaya yang ada di sekolahnya/kelasnya.


Status Sosial

Manusia diciptakan Tuhan dengan diberi rizki seperti berupa pekerjaan, kesehatan, kekayaan, kedudukan, dan penghasilan yang berbedabeda. Kondisi seperti ini juga melatar belakangi peserta didik yang ada pada suatu kelas atau sekolah kita. Peserta didik pada suatu kelas biasanya berasal dari status sosial-ekonomi yang berbeda-beda.

Peserta didik dengan bervariasi status ekonomi dan sosialnya menyatu untuk saling berinteraksi dan saling melakukan proses pembelajaran. Perbedaan ini hendaknya tidak menjadi penghambat dalam melakukan proses pembelajaran.

Implikasi dengan adanya variasi status-sosial ekonomi ini pendidik dituntut untuk mampu bertindak adil dan tidak diskriminatif


MINAT

Minat dapat diartikan suatu rasa lebih suka, rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas. Hurlock (1990: 114) menyatakan bahwa minat merupakan suatu sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan yang dipilihnya.

Minat seseorang khususnya minat belajar peserta didik memegang peran yang sangat penting. Sehingga perlu untuk terus ditumbuh kembangkan sesuai dengan minat yang dimiliki seorang peserta didik. Namun sebagaimana kita ketahui bahwa minat belajar peserta didik tidaklah sama, ada peserta didik yang memiliki minat belajarnya tinggi, ada yang sedang, dan bahkan rendah.

Indikator minat meliputi: perasaan senang, ketertarikan peserta didik, perhatian dalam belajar, keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, manfaat dan fungsi mata pelajaran. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas maka akan diuraikan dalam paparan berikut.
Perasaan senangseseorang peserta didik yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap mata pelajaran tertentu akan memperlihatkan tindakan yang bersemangat terhadap hal tersebut
Ketertarikan peserta didikberkaitan dengan daya gerak yang mendorong peserta didik untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, dapat berupa pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri
Perhatian dalam belajar, perhatian atau konsentrasi dapat diartikan terpusatnya mental seseorang terhadap suatu objek. Peserta didik yang memiliki minat terhadap objek tertentu, maka peserta didik tersebut dengan sendirinya peserta didik tersebut memperhatikan objek tersebut.
Keterlibatan belajar,keterlibatan atau partisipasi peserta didik dalam belajar sangat penting, karena apabila peserta didik terlibat aktif dalam belajar maka hasilnya tentu akan baik
Manfaat dan
fungsi mata pelajaran
jika manfaat dari apa yang dipelajari oleh peserta didik dapat diketahui dan dipahami secara jelas, maka akan menumbuhkan motivasi peserta didik
pendidik dapat menerapkan berbagai model pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), menantang dan inovatif, menyampaikan tujuan/manfaat mempelajari suatu tema/mata pelajaran,
serta menggunakan beragam media pembelajaran.

PERKEMBANGAN KOGNITIF


Tingkat perkembangan kognitif yang dimiliki peserta didik akan mempengaruhi guru dalam memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran, metode, media, dan jenis evaluasi. Taman Kanak-kanak yang peserta didiknya sekitar berumur 5-6 tahun, sudah tentu berbeda pendekatan, metode, dan media yang digunakan ketika menghadapi peserta didik. Sekolah Dasar yang peserta didiknya berusia 7-11 tahun, dan peserta didik Sekolah Menengah Pertama yang usianya berkisar 12-14 tahun dan juga peserta didik Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan, yang umumnya berusia 15-17 tahun, karena dilihat dari perkembangan intelektualnya jelas berbeda.

Tahap-tahap perkembangan intelektual peserta didik menurut Piaget dalam Masganti (2012: 83) secara lengkap dapat disajikan sebagai berikut:
0,0 - 2,0 tahun: Tahap Sensorimotorik
2,0 – 7,0 tahun: Tahap Preoperasional
7,0 – 11,0 tahun: Tahap Operasional kongkret
11,0 – 15,0 tahun: Tahap Operasional formal


Kemampuan/pengetahuan awal

Pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki terlebih dahulu maksudnya adalah pengetahuan atau keterampilan yang lebih rendah dari apa yang akan dipelajari. Kemampuan awal peserta didik bersifat individual, artinya berbeda antara peserta didik satu dengan lainnya, sehingga untuk mengetahuinya juga harus bersifat individual.
Cara untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan melalui teknik tes yaitu pre tes atau tes awal dan teknik non tes seperti wawancara. Di samping hal tersebut di atas untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan melalui analisis instruksional/pembelajaran. Dalam melakukan analisis pembelajaran guru harus menentukan hierarkhi kemampuan yang akan dicapainya. Kemampuan yang lebih rendah itulah sebagai kemampuan awalnya (entry behavior).


GAYA BELAJAR

gaya belajar adalah kombinasi dari cara menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Dari dua pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih/digunakan oleh peserta didik dalam menerima, mengatur, dan memproses informasi atau pesan dari komunikator/pemberi informasi. Gaya belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu visual, auditif, dan kinestetik

peserta didik visual
peserta didik yang belajarnya akan mudah dan baik jika melalui visual/penglihatan. Peserta didik kelompok ini memiliki kesulitan
jika pembelajaran dilakukan melalui presentasi verbal tanpa disertai
gambar-gambar atau simbol visual
Peserta didik auditorimereka yang mempelajari sesuatu akan mudah dan sukses melalui pendengaran. Peserta didik yang bergaya belajar auditori akan menyukai penyajian materi pembelajarannya melalui ceramah dan diskusi. Namun demikian peserta didik yang bertipe belajar auditori mudah kehilangan konsentrasi ketika ada suara-suara ribut di sekitarnya, tidak suka pada tugas membaca, dan mereka tidak suka pada jumlah kelompok yang anggotanya terlalu besar
Peserta didik dengan gaya belajar kinestetik, peserta didik yang melakukan aktivitas belajarnya secara fisik dengan cara bergerak, menyentuh/meraba, dan melakukan. Peserta didik tipe belajar melalui anggota tubuhnya atau menggunakan fisik lebih banyak dari pada melihat dan mendengarkan. peserta didik yang bergaya belajar kinestetik sulit berdiam diri dalam waktu lama, sulit mempelajari sesuatu yang abstrak, seperti rumusrumus, dan kurang mampu menulis dengan rapi.
Kelompok belajar yang dominan bergaya belajar visual pembelajarannya bisa dilakukan misal melalui multimedia pembelajaran dan membaca modul atau buku paket, sedangkan yang dominan bergaya belajar auditori pembelajarnnya diputarkan CD audio pembelajaran, dan mendiskusikan suatu topik secara verbal. Perlu diingat bahwa gaya belajar seseorsng tidak terkotak-kotak secara terpisah-pisah, namun gaya belajar sesorang merupakan gabungan dari beberapa gaya belajar meskipun terkadang ada salah satu yang lebih dominan.


MOTIVASI

Motivasi telah banyak didefinisikan oleh para ahli, diantaranya oleh Wlodkowski (dalam Suciati, 1994:41) yaitu suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Motivasi kadang timbul dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi instrinsik dan kadang motivasi itu muncul karena faktor dari luar dirinya sendiri (motivasi ekstrinsik). Disamping itu motivasi peserta didik dalam belajar kadang
tinggi, sedang, atau bahkan rendah.

Upaya yang dapat dilakukan pendidik untuk memotivasi peserta didik diantaranya: menginformasikan pentingnya/manfaat mempelajari suatu topik tertentu, menginformasikan tujuan/kompetensi yang akan dicapai dari proses pembelajaran yang dilakukannya, memberikan humor, menggunakan media
pembelajaran, dan juga memberi reward/hadiah/pujian.


PERKEMBANGAN EMOSI

Emosi sangat berperan dalam membantu mempercepat atau justru memperlambat proses pembelajaran. Emosi juga berperan dalam membantu proses pembelajaran tersebut menyenangkan atau bermakna. pendidik dalam melakukan proses pembelajaran perlu membawa suasana emosi yang
senang/gembira dan tidak memberi rasa takut pada peserta didik. Untuk itu bisa dilakukan dengan model pembelajaran yang menyenangkan (enjoy learning), belajar melalui permainan (misalnya belajar melalui bermain monopoli pembelajaran, ular tangga pembelajaran, kartu kwartet pembelajaran) dan media sejenisnya.


PERKEMBANGAN SOSIAL

perkembangan sosial peserta didik merupakan kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan tradisi yang berlaku pada kelompok atau masyarakat, kemampuan untuk saling berkomunikasi dan kerja sama. Perkembangan sosial peserta didik dapat diketahui/dilihat dari tingkatan kemampuannya alam berinteraksi dengan orang lain dan menjadi masyarakat di lingkungannya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial yaitu keluarga, kematangan, teman sebaya, sekolah, dan status sosial ekonomi. Upaya yang dapat dilakukan pendidik untuk mengembangkan sikap sosial peserta didikmenurut Masganti (2012: 124) antara lain
  1. melaksanakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif akan mengembangkan sikap kerjasama dan saling menghargai pada diri peserta didik, menghargai kemampuan orang lain, dan bersabar dengan sikap orang lain,
  2. Pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif akan mengembangkan sikap membantu dan berbagi dalam pembelajaran.


Perkembangan Moral dan Spiritual

perkembangan moral anak/peserta didik dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu :
preconventional (6 - 10th)
meliputi aspek obedience and paunisment orientatation, orientasi anak/peserta didik masih pada konsekvensi fisik dari perbuatan benar-salahnya yaitu hukuman dan kepatuhan atau anak menilai baik – buruk berdasarkan akibat perbuatan;

dan aspek naively egoistic orientation; orientasi anak/peserta didik pada instrumen relatif. Perbuatan benar adalah perbuatan yang secara instrumen memuaskan keinginannya sendiri. Kepedualiannya apakah mendatangkan keuntungan atau tidak atau anak menilai baik-buruk bendasarkan kontrak/imbal. jasa.

Pada tahap pra konvensional peserta didik memiliki rasa takut akan akibat negatif dari perbuatannya.
Conventional (10 - 17th)
meliputi aspek good boy orientation, orientasi perbuatan yang baik adalah yang menyenangkan, membantu, atau disepakati oleh orang lain. Anak patuh pada karakter tertentu yang dianggap alami, menjadi anak baik, saling berhubungan dan peduli terhadap orang lain atau orang menilai baik-buruk berdasarkan persetujuan orang lain.

Aspek authority and social order maintenance orientation; orientasi anak pada aturan dan hukum. Hukum dan perintah penguasa adalah mutlak dan final, penekanan pada kewajiban dan tugas terkait dengan perannya yang diterima di masyarakat atau orang memilai baik-buruk berdasarkan ketertiban sosial

pada tahap conventional peserta didik memiliki perasaan rasa bersalah bila berbeda derbeda dengan orang lain.
post conventional (17 - 28th)
contractual legalistic orientation, orientasi orang pada legalitas
kontrak sosial. Orang mulai peduli pada hak individu, dan yang baik adalah yang disepakati oleh mayoritas masyarakat. Orang menilai baik-buruk, benar-salah berdasarkan hukum yang berlaku.

tahap conscience or principle orientation, pada tahap ini orientasi orang adalah pada prinsip-prinsip etika yang bersifat universal. Baik-buruk harus disesuaikan dengan tuntutan prinsip-prinsip etika intisari dari prinsip yang sifatnya universal atau orang menilai baik-buruk berdasarkan hati nurani.
Kecerdasan spiritual ini bersifat individu dan perlu dikembangkan khususnya dalam proses pembelajaran. Kecerdasan spiritual menurut Zohar dan Marshal (dalam Mustafa-Alif) meliputi kemampuan untuk menghayati nilai dan makna, memiliki kesadaran diri, fleksibel dan adaftif, cenderung memandang sesuatu holistik, dan cenderung mencari jawaban-jawaban fundamental atas situasi-situasi hidupnya. Upaya yang dapat dilakukan pendidik untuk mengembangkan sikap
religius antara lain dengan:
  1. Metode keteladanan
  2. Metode pembiasaan
  3. Metode nasehat
  4. Pembinaan akhlak


Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik menurut Hurlock diartikan perkembangan gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkordinasi. Perkembangan motorik merupakan proses yang sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan, dimana gerakan individu meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisir, dan tidak terampil, kearah penguasaan keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisir dengan baik.

Perkembangan motorik menurut Santrock (2011: 242) dikelompokkkan menjadi motorik kasar dan motorik halus;
  1. Motorik kasar; gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Keterampilan motorik kasar ini banyak melibatkan aktivitas otot, biasanya anak laki-laki lebih unggul dibandingkan anak perempuan.
  2. Motorik halus: gerakan yang menggunakan otot halus, atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Keterampilan motoric halus biasanya perempuan lebih unggul disbanding anak laki-laki.

Previous Post
Next Post

0 comments: