Assalamualaikum Bapak...
Apa kabar disana? aku selalu berdoa agar bapak ditempatkan di sisi Allah, dijauhkan dari siksa kubur dan waktu penantian serasa cepat berlalu.
Pak... berapa hari ini aku kepikiran bapak, gak tau kenapa? Rasa rinduku sudah membumbung sepertinya. Pak, jujur aku lelah... menjalani kehidupan ini. Aku sempat berfikir untuk tidak berlama-lama hidup di dunia, karena memang rasanya sudah selesai saja. Tetapi, aku sadar bahwa hidup ini cepat atau lambat pasti akan berakhir hanya tunggu waktunya saja kapan.
Kata orang karena aku belum berkeluarga jadi aku gak punya niat untuk hidup lebih lama, karena gak ada suami ataupun anak yang menjadi tempat pulang ataupun menjadi semangat hidup. Mungkin juga bener kata orang pak, aku harus segera menikah agar punya tujuan baru dalam hidup.
Bapak tau kalau dari dulu aku gak pandai mengekspresikan diri, jadi rasanya hidupku biasa aja, ditambah kepribadianku yang unik, katanya gak banyak orang dengan kepribadian seperti aku. Coba kemarin ketika aku ke Mekkah aku minta ketemu sama bapak ya... Pengen balik kesana lagi, dan gak usah pulang aja. Salah gak sih pak, punya pikiran begini?
Dulu waktu bapak datang ke mimpiku, bapak bilang "desty pasti bisa", aku gak tau apa maksud pesan bapak ini. Tapi kata-kata ini yang jadi penguat aku melakukan segala hal. Aku sekarang sudah dewasa pak, sekarang aku sudah punya beberapa jabatan, yang buat kegiatan sehari-hari jadi tambah banyak. Aku punya banyak aktivitas mulai dari tingkat lokal sampai nasional. Rasanya kegiatanku sudah cukup banyak untuk membuat aku tidak galau.
Oh iya pak, karena sudah dewasa aku sering ditanyakan kapan akan menikah? bahkan mereka sudah menyarankan banyak hal. Beberapa teman bilang untuk menurunkan standar laki-laki pilihanku, karena sudah berumur jadi gak usahlah terlalu pemilih, yang ada aja. Tetapi ada juga teman yang menyarankan untuk bersabar sampai seseorang yang pas itu datang.
Jujur sesungguhnya dari dulu aku gak punya standarisasi harus memiliki suami seperti apa, Ketika orang bilang aku pemilih, aku gak sempat mikirin hal itu. karena fokusku bukan sebuah pernikahan. Salah ya pak?
Apa mungkin karena aku sudah biasa sendiri tanpa bantuan laki-laki jadi aku merasa baik-baik saja. Bapak pergi dari usiaku 12 tahun dan semenjak saat itu aku gak pernah bergantung dengan laki-laki manapun. Aku gak pernah pacaran atau memiliki hubungan spesial dengan laki-laki.
Pernah pak aku suka dengan laki-laki tetapi dia sudah punya orang lain hingga aku gak bisa maju, atau karena tembok yang besar akupun berhenti. Ada lelaki juga pak, 2 tahun lalu mengajak menikah, orangnya baik dan berpendidikan, tetapi caranya kok gitu ya pak, gak gentleman, semua hal harus di bahas lewat pesan singkat sampai akhirnya berakhir harus lewat pesan juga. Dia nikah sama teman SMA ku pada akhirnya.
Ada juga pak lelaki yang datang, kelihatannya serius, tetapi ternyata serius mau nipu. Sampai aku harus berurusan dengan polisi.
Aku ceritanya numpuk ya pak, maaf karena jarang cerita dan berkunjung ke makam. Rasanya berat kakiku melangkah kesana kalau mau cerita, kalau sama saudara yang lain aku malu pak. Aku tau ibu dan saudara yang lain selalu ada, tetapi rasanya berbagi kepedihan itu bukan mejadi hal yang biasa juga.
Pak, aku rindu...
Di usia ini aku jadi ragu dengan diri ku sendiri, aku bisa nikah gak ya? aku bisa jatuh cinta gak ya? Melihat orang punya anak, aku juga bertanya apa nanti aku bisa punya anak? Mungkin karena ini yang belum aku miliki jadi pertanyaan terus menerus ya pak, kalau sudah kejadian mungkin nanti lain lagi pertanyaannya.
Kalau ditanyakan ada gak yang mau sama aku, ada pak...
Ada laki-laki usianya gak beda jauh dari Ibu, sudah 3 kali menikah terus sekaran mau deketin tapi aku cuekin, Ada lagi laki-laki baik pak, usianya sama denganku, istrinya meninggal karena kanker dan sekarang anaknya sudah 10 tahun, tetapi akunya masih belum ada rasa.
Kalau nanya sama orang yang pernah aku ceritain diatas, mungkin mereka jawabnya terima aja kali pak, alasannya karena aku udah tua nanti susah punya anak, kapan lagi mau nikah.
Ada pak. temen-temen yang menguatkan jalani saja dulu semuanya, kejar apa yang mau di kejar. mau lanjut sekolah lanjulah dulu. Jodohku itu spesial bukan orang yang biasa-biasa. Hatiku besar pak mendengarkan kata-kata mereka. Rasanya aku punya harapan yang lebih baik.
Tapi ketika aku mikir lagi malam hari, apa aku terima saja laki-laki itu, walaupun sebenarnya aku gak yakin dengan itu tapi diyakin yakinkan saja. Begitu ya pak?? toh semua kehidupan pasti ada masa sulitnya.
Bingung pak...
Maunya aku gimana aku juga bingung, apa karena sekarang ada pilihan tetapi aku gak mau jadinya gundah seperti ini? Memangnya gak ada ya pak yang sesuai, aku nunggu yang klik tapi gak muncul-muncul. Apa aku klik kan saja yang tidak klik ini? Aku paksakan ya... eh coba ya? tapi masak coba-coba pak?
Sampai disini dulu suratku kali ini pak, walau bapak gak bisa baca, minimal aku udah cerita ke bapak. Pak aku gak cerita ini ke ibu, takut ibu khawatir, ibu gak lama lagi pensiun pak, tapi alhamdulillah masih sehat cuma gak bisa banyak pikiran karena magnya sering kumat. Nanti kapan aku cerita soal ibu pak, sama saudara yang lain juga.
Salam dari anakmu tercinta
Semoga kita dipertemukan dan disatukan dalam keluarga di akhir nanti.
0 comments: