Monday, September 14, 2020

TEORI BELAJAR DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN - PEDAGOGI




A. Teori belajar Behavioristik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar behavioristik dikenal juga dengan teori belajar perilaku, karena analisis yang dilakukan pada perilaku yang tampak, dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan. apa saja yang diberikan guru merupakan 
stimulus, dan apa saja yang dihasilkan peserta didik merupakan respon, semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur

Tokoh-tokoh Aliran Behavioristik
Nama TokohPoints
Edward Lee Thorndike (1871-1949)
Belajar adalah proses interaksi antara stimulus (S) dan respon (R). Teori belajar Thorndike disebut sebagai aliran Koneksionisme (Connectionism).

belajar dapat dilakukan dengan mencoba-coba (trial and error), dimana proses mencoba-coba dilakukan bila seseorang tidak tau bagaimana harus memberikan respon atas sesuatu karena kemungkinan akan ditemukan respon yang tepat berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
Jhon Broades Watson (1878-1958)
Belajar menurut Watson adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang
dimaksud harus berbentuk tingkah laku yan dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Teori yang dikembangkan oleh Watson ialah Conditioning. Teori conditioning berkesimpulan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan. Ia
percaya dengan memberikan kondisi tertentu dalam proses pembelajaran maka akan dapat membuat peserta didik memiliki sifat-sifat tertentu.

Edwin Ray Guthrie (1886-1959Hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap. hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar
Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990)
Belajar merupakan perilaku dan perubahan-perubahan perilaku yang tercermin dalam kekerapan respon yang merupakan fungsi dari kejadian dalam lingkungan kondisi. Skinner dikenal dengan “operant conditioning”, dengan enam konsepnya, yaitu: penguatan positif dan negatif, shapping, pendekatan suksetif, extinction, chaianing of respon, dan jadwal penguatan

istilah-istilah seperti hubungan stimulus-respon, individu atau peserta didik pasif, perilaku sebagai hasil belajar yang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat, reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting


Implik
asi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Salah satu contoh pembelajaran behavioristik adalah pembelajaran terprogram (PI/Programmed Instruction), dimana pembelajaran terprogram ini merupakan pengembangan dari prinsip-prinsip pembelajaran Operant conditioning yang di bawa olehSkinner.

Pada jaman modern ini, aplikasi teori behavioristik berkembang pada pembelajaran dengan powerpoint dan multimedia. Feedback pada pembelajaran dengan multimedia cenderung diberikan sebagai penguatan dalam setiap soal.

Skinner mengembangkan model pembelajaran yang disebut “teaching machine” yang memberikan feedback kepada peserta didik bila memberikan jawaban benar dalam setiap tahapan dari pertanyaan test, bukan sekedar feedback pada akhir test.


B. Teori belajar Kognitif dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya

Tokoh-tokoh Aliran Kognitif
Nama TokohPoints
Jean Piaget (1896-1980)
Menurut Piaget, proses belajar terdiri dari 3 tahap, yakni :
  • asimilasi, proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada
  • akomodasi, proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam siatuasi yang baru
  • equilibrasi (penyeimbangan), penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi (Siregar dan Nara, 2010).
Jerome Bruner (1915-2016)
Bruner mengembangkan toerinya yang disebut free discovery learning. Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, toeri, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya.

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu; 
  • enactive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya (melalui motorik (gigitan, sentuhan, dsb)
  • iconic, seseorang memahami obyek-obyek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal
  • symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasangagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.
David Ausubel (1918-2008)
Ausubel mengklasifikasikan belajar dalam dua dimensi, yaitu:
  • Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada peserta didik melalui penerimaan atau penemuan.
  • Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada

Implik
asi Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran


Teori kognitif menekankan pada proses perkembangan peserta didik. Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaian dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. 

Menurut psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai usaha untuk mangerti sesuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh peserta didik. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempratekkan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. 

Penerapan teori Bruner untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran simetri lipat, menerapkan 3 tahapan kegiatan pembelajaran, yaitu tahap awal, tahap inti (tahap enaktif, tahap ikonik dan tahap simbolik), dan tahap akhir. Tahapan dalam teori Bruner sebagai berikut:
1) tahap enaktif; pada tahap ini pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan bendabenda konkret atau 
dengan menggunakan situasi nyata, 
2) tahap ikonik; pada tahapa ini pengetahuan dipresentasikan dalam bentuk bayangan visual atau gambar yang 
Menggambarkan kegiatan konkret yang terdapat pada tahap enaktif, dan 
3) tahap simbolik; pada tahap ini pengetahuan dipresentasikan dalam bentuk simbol-simbol

Terdapat dua fase dalam menerapkan teori belajar Ausubel :
1) Fase perencanaan (Menetapkan Tujuan Pembelajaran, Mendiagnosis latar belakang pengetahuan peserta didik, Membuat struktur materi, Memformulasikan Advance Organizer.
2) Fase pelaksanaan (interaksi tanya jawab, advance organizer, Setelah guru yakin bahwa peserta didik mengerti akan konsep yang disajikan maka ada dua pilihan langkah berikutnya yaitu: 
  1. Menghubungkan atau membandingkan konsep-konsep itu melalui rekonsiliasi integrative dan
  2. Melanjutkan dengan difernsiasi progresif sehingga konsep tersebut menjadi lebih luas

Advance organizer
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 
1) mengkaitkan atau menghubungkan materi pelajaran dengan struktur pengetahuan peserta didik. 
2) mengorganisasikan materi yang dipelajari peserta didik


C. Teori belajar Konstruktifistik dan implikasinya dalam pembelajaran

Teori belajar konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (kontruksi) pengetahuan oleh peserta didik itu sendiri. Sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik adalah membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta didik berjalan lancar.

Ciri-ciri belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh Driver dan Oldhan sbb:
a) Orientasi, yaitu peserta didik diberik kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik dengan memberi kesempatan melakukan observasi.
b) Elitasi, yaitu peserta didik mengungkapkan idenya dengan jalan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain.
c) Restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan ide orang lain, membangun ide baru, mengevaluasi ide baru.
d) Penggunaan ide baru dalam setiap situasi, yaitu ide atau pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada 
bermacam-macam situasi.
e) Review, yaitu dalam mengapliasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah

Nama TokohPoints
Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky (1896-1934).
Teori belajar ko-kontruktinvistik atau yang sering disebut sebagai teori belajar sosiokultur merupakan teori belajar yang titik tekan utamanya adalah pada bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu zona keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal Developmen (ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal dan mediasi. Di mana anak dalam perkembangannya membutuhkan orang lain untuk memahami sesuatu dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

Teori belajar ini meliputi tiga konsep utama, yaitu ;
  • Hukum genetik tentang perkembangan, perkembangan seseorang melewati dua tataran. Tataran sosial dan tataran psikologis. Di mana tataran sosial dilihat dari tempat terbentuknya lingkungan sosial seseorang dan tataran psikologis yaitu dari dalam diri orang yang bersangkutan
  • Zona perkembangan proksimal, ada empat tahapan ZPD yang terjadidalam perkembangan dan pembelajaran;
Tahap 1 : Tindakan anak masih dipengaruhi atau dibantu oranglain.
Tahap 2 : Tindakan anak yang didasarkan atas inisiatif sendiri.
Tahap 3 : Tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi.
Tahap 4 : Tindakan anak spontan akan terus diulang-ulang hingga anak siap untuk berfikir abstrak.
  • Mediasi, Ada dua jenis mediasi yang dapat mempengaruhi pembelajaran yaitu,
(1) tema mediasi semiotik di mana tanda-tanda atau lambang-lambang yang digunakan seseorang untuk memahami sesuatu diluar pemahamannya ini didapat dari hal yang belum ada di sekitar kita, kemudian dibuat oleh orang yang lebih faham untuk membantu mengkontruksi pemikiran kita dan akhirnya kita menjadi faham terhadap hal yang dimaksudkan; 
(2) Scafholding di mana tanda-tanda atau lambang-lambang yang digunakan seseorang untuk memahami sesuatu di luar pemahamannya ini didapat dari hal yang memang sudah ada di suatu lingkungan, kemudian orang yang lebih faham tentang tanda-tanda atau lambang-lambang tersebut akan membantu menjelaskan kepada orang yang belum faham sehingga menjadi faham terhadap hal yang dimaksudkan.

Prinsip-prinsip utama teori belajar konstruktivistik yang banyak digunakan dalam pendidikan adalah; 
a) pengetahun dibangun oleh peserta didik secara aktif, 
b) tekanan proses belajar mengajar terletak pada peserta didik, 
c) mengajar adalah membantu peserta didik, 
d) tekanan dalam proses belajar dan bukan pada hasil belajar, 
e) kurikulum menekankan pada partisipasi peserta didik dan 
f) guru adalah fasilitator.

Evaluasi belajar pandangan konstruktivistik menggunakan goal-free evaluation, yaitu suatu konstruksi untuk mengatasi kelemahan evaluasi pada tujuan spesifik. Evaluasi akan lebih obyektif jika evaluator tidak diberi informasi tentang tujuan belajar selanjutnya.


Teori konstruktivistik jika dikaitkan dengan pembelajaran proses pembelajaran modern adalah berkembangnya pembelajaran dengan web (web learning) dan pembelajaran melalui social media (social media learning)

D. Teori belajar Humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran

Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Teori humanistik akan memanfaatkan teori-teori apapun, asal tujuannya tercapai, yaitu memanusiakan manusia

Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahmai lingkungan dan dirinya sendiri. Teori humanistik bersifat eleksitk, maksudnya toeri ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai. Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.

Nama TokohPoints
Pandangan David A. Kolb terhadap Belajar
Kolb membagikan tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu: 
  • Pengalaman konkrit, pada tahap ini peristiwa belajar adalah seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya.
  • Pengamatan aktif dan reflektif, bahwa seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya
  • Konseptualisasi, peristiwa belajar adalah seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi obyek perhatiannya.
  • Eksperimen aktif, peristiwa belajar adalah melakukan eksperimentasi secara aktif.
Pandangan Peter Honey dan Alan Mumford terhadap Belajar
Mumford menggolongkan peserta didik atas empat tipe:
  • Peserta didik tipe aktivis, yaitu peserta didik yang cenderung melibatkan diri pada dan berpartisipasi aktif dengan berbagai kegiatan, dengan tujuan mendapatkan  engalaman-pengalaman baru
  • Peserta didik tipe reflektor, tipe ini cenderung berhati hati mengambil langkah dan penuh pertimbangan.
  • Peserta didik tipe teoris, tipe ini biasanya sangat kritis, suka menganalisis, selalu berfikir rasional menggunakan penalarannya.
  • Peserta didik tipe pragmatis, tipe ini menaruh perhatian besar terhadap aspek-aspek praktis dalam segala hal, mereka tidak suka bertele-tele dalam membahas aspek toeritis-filosofis dari sesuatu.
Pandangan Jurgen Hubermas terhadap Belajar
Hubermas membagi tiga macam tipe belajar;
  • Technical learning (belajar teknis), Peserta didik belajar berinteraksi dengan alam alam sekelilingnya.
  • Practical elarning (belajar praktis), Belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik
  • Emancpatory learning (belajar emansipatori), Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan sosialnya.
Pandangan Benjamin Samuel Bloom (1913-1999) dan David
Krathwohl (1921-2016) terhadap Belajar.
Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum dalam tiga kawasan yang biasa disebut dengan Taksonomi Bloom, sbb;
  • Kawasan kognitif; mengingat, mengerti, memakai, menganalisis, menilai, mencipta
  • Kawasan afektif; Penerimaan (receiving), Pemberian respons (responding), Pemberian nilai atau penghargaan (valuing), Pengorganisasian (organization), Karakterisasi (characterization)
  • Kawasan psikomotor; Peniruan, Penggunaan, Ketepatan, Perangkaian, Naturalisasi,

Previous Post
Next Post

0 comments: